laba-laba

Minggu, 15 November 2015

BIOGRAFI IMAM ABU DAWUD DAN SUNANNYA



SUANAN ABU DAWUD
Disusun
O
L
E
H

Heriansyah Harahap
(45.12.3.007)







UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SU
FAKULTAS USHULUDDIN
TAFSIR HADITS INTERNASIONAL
MEDAN
2015



DAFTAR ISI


DAFTAR ISI                  ..................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN  .............................................................................................. ii
BAB II : PEMBAHSAN       .............................................................................................. 1
A.    Biografi Imam Abu Dawud.................................................................................... 1
1.      Nama Lengkap, Tanggal Lahir dan wafat Imam Abu Dawud........................... 1
2.      Guru-guru dan Murid-murid Imam Abu Dawud................................................ 1
3.      Majhab Fiqih Imam Abu Dawud........................................................................ 2
4.      Perantauan Imam Abu Dawud........................................................................... 3
B.     Karya-karya Imam Abu Dawud  ............................................................................ 3
C.     Latar Belakang Penulisan Kitab Sunan Abi Dawud............................................... 3
D.    Metodologi Penyusunan Kitab Sunan Abi Dawud................................................. 4
E.     Sistematika Penyusunan Kitab Sunan Abi Dawud................................................. 5
F.      Pendapat Ulama Tentang Kitab Sunan Abi Dawud............................................... 6
BAB III : PENUTUP            .............................................................................................. 8
REFERENCE                                                                                                             .........  









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sunan Abu Daud merupakan salah satu kitab sunan yang muncul dan berkembang pada abad ke-3 H, bersama kitab-kitab sunan yang lain, kitab ini merupakan sumber hadis-hadis Nabi yang berharga. Dengan berbagai keilmuan yang ia geluti serta kecerdasan yang dimilikinya menjelma pula karya-karya lainnya, ini membuktikan bahwasannya ia adalah seorang tokoh atau ulama hadis yang produktif. Sebut saja kitab sunan Abu Daud., kitab ini merupakan karya monumentalnya, tidak ada sesuatupun tercipta tanpa ruang hampa, kitab ini pun tercipta karena adanya faktor-faktor tertentu yang melatar belakanginya, dengan berbagai ciri khasnya kitab ini menjelma sebagai kitab yang menempati posisi ketiga setelah imam Bukhari dan Muslim, yang mana kitab sunan ini memiliki karakteristik tersendiri, dengan mengumpulkan hadis-hadis yang beraromakan fiqih, dan masih banyak ragam variasi seluk beluk perihal kitab ini.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menemukan permasalahan sebagai berikut, antara lain :
a.       Bagaimana biografi imam Abu Daud ?
b.      Bagaimana latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud ?
c.       Bagaimana metode penyusunan dan penukisan kitab sunan Abu Daud ?
d.      Bagaimana sistematika penyusunan kitab sunan Abu Daud ? dan
e.       Bagaimana pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud ?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini meliputi: pertama mendeskripsikan biografi imam Abu Daud, kedua mengetahui latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud, ketiga mengetahui metode penyusunan dan penulisan kitab sunan Abu Daud, keempat mengetahui sistematika penyusunan kitab sunan Abu Daud, dan Kelima mengetahui pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud Serta, menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa maupun mahasiswi dilingkup UIN SUMATERA UTARA Khususnya Jurusan Tafsir Hadis Internasional semester VII dalam perkuliahan Studi Kitab Hadis.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Imam Abu Dawud
1.      Lama Lengkap Imam Abu Dawud, Tanggal Kelahiran dan Tanggal Wafat
Imam Abu Dawud mempunya nama lengkap yaitu Adu Dawus Sulaiman bin Al-Ays’ats bin Ishaq As-Sijistany. Beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu Sijistan (terletak di antara Iran dan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut pada tahun 202 H/ 817 M. Imam Abu Dawud wafat pada tahun 275 H/ 889 M di Basrah.[1]
Imam Abu Dawud adalah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai derajat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara’ dan kesalehannya. Imam Abu Dawud adalah salah satu dari ulama yang patut diteladani perilakunya, ketenangan jiwa dan kepribadiannya.[2] Imam Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya kepada Imam Abu Dawud, dan Imam Abu Dawud menjawab : “lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan”.[3]
2.      Guru-guru dan Murid-murid Imam Abu Dawud
Adapun ulama-ulama yang pernah diperguru oleh Imam Abu Dawud adalah :
a)      Musaddad, dapat dibuktikan dengan sebuah hadis yang termaktub dalam kitab Imam Abu Dawud :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ حُصَيْنٍ، عَنْ وَاقِدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يَعْنِي ابْنَ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى مَا يَدْعُوهُ إِلَى نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَلْ» ، قَالَ: فَخَطَبْتُ جَارِيَةً فَكُنْتُ أَتَخَبَّأُ لَهَا حَتَّى رَأَيْتُ مِنْهَا مَا دَعَانِي إِلَى نِكَاحِهَا وَتَزَوُّجِهَا فَتَزَوَّجْتُهَا
b)      Ahmad bin Hambal, dapat dibuktikan dengan hadis, yaitu :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، وَمُسَدَّدٌ قَالَا: حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: «كُنْتُ أُصَلِّي الظُّهْرَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَآخُذُ قَبْضَةً مِنَ الْحَصَى لِتَبْرُدَ فِي كَفِّي أَضَعُهَا لِجَبْهَتِي أَسْجُدُ عَلَيْهَا لِشِدَّةِ الْحَرِّ»
c)      Al-Qa’naby
d)     Sulaiman bin Harb
e)       Abu Walid At-Thayalisy
dan ulama-ulama lainnya.[4]
Sedangkan ulama-ulama yang pernah mengambil hadis-hadisnya adalah :
a)      Abdullah (puteranya sendiri)
b)       An-Nasa’i
c)      At-Tirmidzi
d)     Abu ‘Awwanah
dan ulama-ulama lainnya.[5]
3.      Majhab Fiqih Imam Abu Dawud
Syaikh Abu Ishaq As-Syairazi menggolongkan Imam Abu Dawud ke dalam kelompok murid-murid Imam Ahmad. Penilaian ini disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya yang istimewa. Menurut satu pendapat, Imam Abu Dawud bermajhab Syafi’i, namun ada juga yang berpendapat bahwa Imam Abu Dawud adalah seorang mujtahid, sebagaimana dapat dilihat dari gaya susunan dan sistematika sunannya, terlebih lagi bahwa kemampuannya berijtihad merupakan salah satu sifat khas para imam hadis pada masa-masa awal.[6]
4.      Perantauan Imam Abu Dawud
Sejak kecil, Imam Abu Dawud sudah senang mencintai ilmu dan ulama, bergaul dengan mereka untuk dapat menimba ilmu dari mereka. Belum lagi mencapi usia dewasa, ia telah menimba ilmu yang banyak, terutama di bidang ilmu hadis.[7]
Beliau juga senang merantau mengelilingi negeri-negeri tetangga untuk mencari hadis dan ilmu-ilmu yang lain. Kemudian dikumpulkan, disusun dan ditulisnya hadis-hadis yang telah diterimanya dari ulama-ulama Irak, Khurasan, Syam, Mesir, dan kota-kota lainnya.[8]
B.     Karya-karya Imam Abu Dawud
Imam Abu Dawud mempunyai karya yang banyak, di antaranya :
1.      Kitab Al-Sunan (Sunan Abi Dawud)
2.      Kitab Nasikh Wal Mansukh
3.      Kitab Fadhailul amal
4.      Kitab Al-Zuhd
Dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang tidak tercantum dalam makalah ini.[9]
Di antara karya Imam Abu Dawud yang terbesar dan sangat berfaedah bagi para mujtahid adalah kitab sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Dawud.[10]

C.    Latar Belakang Penulisan Kitab Sunan Abu Dawud
Perihal latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud ini, pemakala tidak menemukan penjelasannya secara khusus, namun pada umumnya ada indikasi yang menuju kearah pembukuan hadis pada masa itu, yakni tepatnya pada abad ke-3 H, dimana pada abad ini banyak pembukuan hadis oleh imam-imam hadis terkemuka, di antaranya Jami’ Al-Sahih yang dimiliki oleh imam Bukhari dan Muslim, yang mana pada masa itu telah terjadi berbagai konflik di antaranya perseteruan antara ahli ra’yu dengan ahli hadis. Sehingga faktor inilah yang memungkinkan Abu Daud dalam menuliskan kitabnya yang kemudian dibukukannya secara periodik sehingga terciptanya kitab Sunan Abu Daud.[11]


D.    Metodologi Penyusunan Kitab Sunan Imam Abu Dawud
Kitab sunan menurut ahli hadis adalah kitab yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih. Adapun metode yang dipakai oleh Abu Daud adalah :
a)      Imam Abu Dawud tidak hanya mencantumkan hadis-hadis shahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Muslim, tetapi ia memasukkan juga hadis hasan dan hadis yang dha’if.
b)      Kualitas hadisnya menempati peringkat ketiga setelah Imam Bukhari dan Muslim. Beliau meriwayatkan hadis-hadis dari para perawi dibawah kualitas perawi Imam bukhari dan Muslim.
c)      Imam Abu Dawud menyusunya berdasarkan urutan bab-bab fiqih seperti taharah, shalat, puasa dan sebagainya.
d)     Dalam susunannya, Imam Abu Dawud memasukkan 4.800 hadis. Namu sebagian ulama ada yang menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadis. Perbedaan jumlah ini memandang sebuah hadis yang diulang-ulang sebagai satu hadis, namun yang lain menganggapnya sebagai dua hadis atau lebih.
e)      Dalam meriwayatkan hadisyang senada dari beberapa riwayat, beliau menjelaskan perbedaan yang terdapat pada tiap riwayat dengan cukup rinci. Cara ini memberikan banyak faedah bagi tiap orang yang membacanya.[12]
Denagan metode semacam ini, tidak sedikit ulama yang memuji kitab sunannya. Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata : “Sunan Abu Dawud sudah cukupbagi para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam.” Demi kian juga dua imam besar, An-Nawawi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab sunan ini bahkan beliau menjadikan sunan ini sebagai salah satu pegangan utama di dalam pengambilah hukum.[13]



D.  Sistematika Penyusunan Kitab Sunan Abu Daud
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Abu Daud dalam menyusun kitabnya menurut sistematika atau urutan bab-bab fiqih yang dapat memudahkan pembaca ketika akan mencari hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah tertentu.
Adapun sistematika atau urutan penulisan hadis dalam kitab sunan Abu Daud adalah sebagai berikut :

NO
NAMA KITAB
Jumlah
BAB
HADIS
1
Al-taharah
143
390
2
Al-Shalat
367
1165
3
Al-Zakat
47
145
4
Al-Luqatah
-
20
5
Al-Manasik
98
325
6
Al-Nikah
50
129
7
Al-Talaq
50
138
8
Al-Saum
81
164
9
Al-Jihad
182
311
10
Dahaya
20
56
11
Al-Said
4
18
12
Al-Wasaya
17
23
13
Al-Fara’id
17
43
14
Al-Kharaj wa al-Imarah
40
161
15
Al-Janaiz
84
153
16
Al-Aiman wa al-Nuzur
32
84
17
Al-Buyu’ wa al-Ijarah
92
245
18
Al-Aqdiyyah
30
70
19
Al-‘Ilm
13
28
20
Al-Asyribah
22
67
21
Al-At’imah
55
119
22
Al-Tib
24
71
23
Al-‘Atqu
15
43
24
Al-Huruf wa al-Qira’
-
40
25
Al-Hammam
3
11
26
Al-Libas
47
139
27
Al-Tarajjul
21
55
28
Al-Khattam
8
26
29
Al-Fitan
7
39
30
Al-Mahdi
-
12
31
Al-Malahim
18
60
32
Al-Hudud
40
143
33
Al-Diyat
32
102
34
Al-Sunnah
32
177
35
Al-Adab
108
502

E.     Pendapat Para Ulama Tentang Kitab Sunan Abu Daud
Di antara pandangan atau komentar positif para ulama terhadap kitab sunan Abu Daud tersebut antara lain adalah, Imam Abu Hamid al-Ghazali memandang kitab sunan Abu Daud ini sudah cukup atau telah memenuhi syarat bagi para mujtahid untuk melakukan ijtihadnya,. Ibn al-‘Arabi mengatakan “apabila seseorang sudah memiliki kitabullah dan kitab sunan Abu Daud, maka tidak lagi memerlukan kitab lainnya”.[14]
Imam Al-Hafid Ibnu Jauzi telah mengkritik beberapa hadis yang dicantumkan oleh Imam Abu Dawud dalam sunannya dan memandangnya sebagai hadis-hadis maudhu’ (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak 9 buah hadis.[15] Walaupun demikian, disamping Ibdu Jauzi itu dikenal sebagai ulama yang terlalu mudah memfonis “palsu”, namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebagian ahli hadis, seperti Jalaluddin As-Suyuti. Dan andai kata kita menerima kritik yang dilontarkan Ibnu Jauzi tersebut, maka sebenarnya hadis-hadis yang dikritiknya sedikit kali jumlahnya, dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadis yang terkandung di dalam kitab sunan tersebut. Karena itu hadis-hadis yang dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun nilai kitab sunan sebagai referensi utama yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.[16]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Imam Abu Dawud mempunya nama lengkap yaitu Adu Dawus Sulaiman bin Al-Ays’ats bin Ishaq As-Sijistany. Beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu Sijistan (terletak di antara Iran dan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut pada tahun 202 H/ 817 M. Imam Abu Dawud wafat pada tahun 275 H/ 889 M di Basrah. Imam Abu Daud adalah pengarang kitab Sunan Abu Daud, dan juga seorang tokoh hadis, di lain sisi ia adalah ahli fiqih di masanya yang produktif dalam menghasilkan berbagai karya, terbukti dengan berbagai kitab yang dikarangnya, salah satunya adalah kitab sunan Abu Daud ini, yang merupakan karya monumentalnya. Beliau sebagai ulama hadis pada umumnya berhijrah dari satu tempat ke tempat lainnya guna mencari hadis dari tokoh hadis lainnya yang nantinya ia jadikan sebagai guru, dan ia pun tak jarang meriwayatkan riwayat atau hadis pada seorang tokoh hadis lainnya yang nantinya ia jadikan sebagai muridnya. Seiring berjalannya waktu kemudian ia pun membukukan hadis-hadis menjadi lebih periodik, yang kemudian ia beri nama kitab sunan Abu Daud.
Dalam kitab sunan ini memiliki karakteristik yang menjadi ciri khasnya, yakni  memuat hukum-hukum Islam, susunannya pun berdasarkan urutan hukum fiqih, dari segi metodologis, Abu Daud telah melakukan penyaringan kurang lebihnya 500.000 hadis menjadi sekitar 4.800 an hadis, ini membuktikan keselektifan Abu Daud dalam proses penghimpunan hadis, dan yang membedakan dari kitab sebelumnya ia pun menambahkan hadis selain sahih dalam kitabnya, meskipun hadis itu dha’if sekalian, namun beliau memiliki kriteria atau standarisasi tersendiri dalam menilainya.
Kitab sunan ini pun selain mendapat berbagai sanjungan tak jarang pula menuai suatu kritikan dari para ulama lainnya, akan tetapi semua kritikan yang dilontarkan itu tidak lantas mengurangi keabsahan dari kitab sunan Abu Daud itu sendiri.





REFERENCE

Arifin dkk, Ust. Bey. Tarajamah Sunan Abi Dawud, Semarang : Cv. Asy Syifa’, Cet. I, 1992
Smeer, Zeid B. Ulumul Hadis, Malang : Cet.I, 2008
Rahman, Drs. Fatchur.  Ikhtisar Mushthalahul Hadis, Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I, 1974
Khaeruman, Badri. Otentitas Hadis, Bandung : 2004



[1] Ust. Bey Arifin dkk, Tarajamah Sunan Abi Dawud, (Semarang :Cv. Asy Syifa’, Cet. I, 1992) hal.5
[2] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),  hal.107-108
[3] Ibid, Hal.108
[4] Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis, (Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I, 1974), hal.380
[5] Ibid, hal.380
[6] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),  hal.109
[7] Ibid, hal.108
[8] Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis, (Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I, 1974), hal.380
[9] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),  hal.110
[10] Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis, (Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I, 1974), hal.301
[11] Dikutip dari makalah di internet
[12] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),  hal.112
[13] Ibid, ha.112
[14] Badri Khaeruman, otentitas hadits, (PT. Rosda Karya : Bandung 2004) hlm 87
[15] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),  hal.112
[16] Ibi, hal.113

Tidak ada komentar:

Posting Komentar