SUANAN
ABU DAWUD
Disusun
O
L
E
H
Heriansyah Harahap
(45.12.3.007)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SU
FAKULTAS USHULUDDIN
TAFSIR HADITS INTERNASIONAL
MEDAN
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................. ii
BAB II : PEMBAHSAN .............................................................................................. 1
A.
Biografi
Imam Abu Dawud.................................................................................... 1
1.
Nama
Lengkap, Tanggal Lahir dan wafat Imam Abu Dawud........................... 1
2.
Guru-guru
dan Murid-murid Imam Abu Dawud................................................ 1
3.
Majhab
Fiqih Imam Abu Dawud........................................................................ 2
4.
Perantauan
Imam Abu Dawud........................................................................... 3
B.
Karya-karya
Imam Abu Dawud ............................................................................ 3
C.
Latar
Belakang Penulisan Kitab Sunan Abi Dawud............................................... 3
D.
Metodologi
Penyusunan Kitab Sunan Abi Dawud................................................. 4
E.
Sistematika
Penyusunan Kitab Sunan Abi Dawud................................................. 5
F.
Pendapat
Ulama Tentang Kitab Sunan Abi Dawud............................................... 6
BAB III : PENUTUP .............................................................................................. 8
REFERENCE .........
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sunan Abu Daud merupakan salah satu kitab sunan yang muncul dan berkembang
pada abad ke-3 H, bersama kitab-kitab sunan yang lain, kitab ini merupakan
sumber hadis-hadis Nabi yang berharga. Dengan berbagai keilmuan yang ia geluti
serta kecerdasan yang dimilikinya menjelma pula karya-karya lainnya, ini
membuktikan bahwasannya ia adalah seorang tokoh atau ulama hadis yang
produktif. Sebut saja kitab sunan Abu Daud., kitab ini merupakan karya
monumentalnya, tidak ada sesuatupun tercipta tanpa ruang hampa, kitab ini pun
tercipta karena adanya faktor-faktor tertentu yang melatar belakanginya, dengan
berbagai ciri khasnya kitab ini menjelma sebagai kitab yang menempati posisi
ketiga setelah imam Bukhari dan Muslim, yang mana kitab sunan ini memiliki
karakteristik tersendiri, dengan mengumpulkan hadis-hadis yang beraromakan
fiqih, dan masih banyak ragam variasi seluk beluk perihal kitab ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menemukan permasalahan sebagai
berikut, antara lain :
a.
Bagaimana biografi imam Abu
Daud ?
b.
Bagaimana latar belakang
penulisan kitab sunan Abu Daud ?
c.
Bagaimana metode penyusunan
dan penukisan kitab sunan Abu Daud ?
d.
Bagaimana sistematika
penyusunan kitab sunan Abu Daud ? dan
e.
Bagaimana pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini meliputi: pertama mendeskripsikan biografi imam Abu Daud, kedua
mengetahui latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud, ketiga mengetahui
metode penyusunan dan penulisan kitab sunan Abu Daud, keempat mengetahui
sistematika penyusunan kitab sunan Abu Daud, dan Kelima mengetahui
pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud Serta,
menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa maupun mahasiswi dilingkup UIN
SUMATERA UTARA Khususnya Jurusan Tafsir Hadis Internasional
semester VII dalam perkuliahan Studi Kitab Hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Imam Abu Dawud
1.
Lama
Lengkap Imam Abu Dawud, Tanggal Kelahiran dan Tanggal Wafat
Imam Abu Dawud
mempunya nama lengkap yaitu Adu Dawus Sulaiman bin Al-Ays’ats bin Ishaq
As-Sijistany. Beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu Sijistan
(terletak di antara Iran dan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut
pada tahun 202 H/ 817 M. Imam Abu Dawud wafat pada tahun 275 H/ 889 M di
Basrah.[1]
Imam Abu Dawud
adalah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai derajat tinggi dalam
ibadah, kesucian diri, wara’ dan kesalehannya. Imam Abu Dawud adalah salah satu
dari ulama yang patut diteladani perilakunya, ketenangan jiwa dan
kepribadiannya.[2]
Imam Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian.
Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya sempit. Seseorang yang
melihatnya bertanya kepada Imam Abu Dawud, dan Imam Abu Dawud menjawab : “lengan
baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab, sedang yang satunya lagi
tidak diperlukan. Jadi kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan”.[3]
2.
Guru-guru
dan Murid-murid Imam Abu Dawud
Adapun ulama-ulama
yang pernah diperguru oleh Imam Abu Dawud adalah :
a)
Musaddad, dapat dibuktikan dengan sebuah hadis yang termaktub dalam kitab
Imam Abu Dawud :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ
زِيَادٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ حُصَيْنٍ، عَنْ
وَاقِدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يَعْنِي ابْنَ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ، عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ
إِلَى مَا يَدْعُوهُ إِلَى نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَلْ» ، قَالَ: فَخَطَبْتُ
جَارِيَةً فَكُنْتُ أَتَخَبَّأُ لَهَا حَتَّى رَأَيْتُ مِنْهَا مَا دَعَانِي إِلَى
نِكَاحِهَا وَتَزَوُّجِهَا فَتَزَوَّجْتُهَا
b)
Ahmad
bin Hambal, dapat dibuktikan dengan hadis,
yaitu :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، وَمُسَدَّدٌ قَالَا:
حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ: «كُنْتُ أُصَلِّي الظُّهْرَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَآخُذُ قَبْضَةً مِنَ الْحَصَى لِتَبْرُدَ فِي كَفِّي أَضَعُهَا
لِجَبْهَتِي أَسْجُدُ عَلَيْهَا لِشِدَّةِ الْحَرِّ»
c)
Al-Qa’naby
d)
Sulaiman
bin Harb
e)
Abu Walid At-Thayalisy
dan ulama-ulama
lainnya.[4]
Sedangkan
ulama-ulama yang pernah mengambil hadis-hadisnya adalah :
a)
Abdullah
(puteranya sendiri)
b)
An-Nasa’i
c)
At-Tirmidzi
d)
Abu
‘Awwanah
dan
ulama-ulama lainnya.[5]
3.
Majhab
Fiqih Imam Abu Dawud
Syaikh Abu
Ishaq As-Syairazi menggolongkan Imam Abu Dawud ke dalam kelompok murid-murid
Imam Ahmad. Penilaian ini disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya yang
istimewa. Menurut satu pendapat, Imam Abu Dawud bermajhab Syafi’i, namun ada
juga yang berpendapat bahwa Imam Abu Dawud adalah seorang mujtahid, sebagaimana
dapat dilihat dari gaya susunan dan sistematika sunannya, terlebih lagi bahwa
kemampuannya berijtihad merupakan salah satu sifat khas para imam hadis pada
masa-masa awal.[6]
4.
Perantauan
Imam Abu Dawud
Sejak kecil,
Imam Abu Dawud sudah senang mencintai ilmu dan ulama, bergaul dengan mereka
untuk dapat menimba ilmu dari mereka. Belum lagi mencapi usia dewasa, ia telah
menimba ilmu yang banyak, terutama di bidang ilmu hadis.[7]
Beliau juga
senang merantau mengelilingi negeri-negeri tetangga untuk mencari hadis dan
ilmu-ilmu yang lain. Kemudian dikumpulkan, disusun dan ditulisnya hadis-hadis
yang telah diterimanya dari ulama-ulama Irak, Khurasan, Syam, Mesir, dan
kota-kota lainnya.[8]
B.
Karya-karya Imam Abu Dawud
Imam Abu Dawud mempunyai karya yang banyak, di antaranya :
1.
Kitab
Al-Sunan (Sunan Abi Dawud)
2.
Kitab
Nasikh Wal Mansukh
3.
Kitab
Fadhailul amal
4.
Kitab
Al-Zuhd
Dan masih
banyak lagi karya-karya beliau yang tidak tercantum dalam makalah ini.[9]
Di antara karya Imam Abu Dawud yang terbesar dan sangat berfaedah
bagi para mujtahid adalah kitab sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan
Abi Dawud.[10]
C.
Latar Belakang Penulisan Kitab Sunan Abu Dawud
Perihal latar belakang
penulisan kitab sunan Abu Daud ini, pemakala tidak menemukan penjelasannya
secara khusus, namun pada umumnya ada indikasi yang menuju kearah pembukuan
hadis pada masa itu, yakni tepatnya pada abad ke-3 H, dimana pada abad ini
banyak pembukuan hadis oleh imam-imam hadis terkemuka, di antaranya Jami’
Al-Sahih yang dimiliki oleh imam Bukhari dan Muslim, yang mana pada masa
itu telah terjadi berbagai konflik di antaranya perseteruan antara ahli ra’yu
dengan ahli hadis. Sehingga faktor inilah yang memungkinkan Abu Daud dalam
menuliskan kitabnya yang kemudian dibukukannya secara periodik sehingga
terciptanya kitab Sunan Abu Daud.[11]
D.
Metodologi Penyusunan Kitab Sunan Imam Abu Dawud
Kitab sunan menurut ahli hadis
adalah kitab yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih. Adapun metode yang dipakai
oleh Abu Daud adalah :
a)
Imam
Abu Dawud tidak hanya mencantumkan hadis-hadis shahih semata sebagaimana yang
telah dilakukan Imam Bukhari dan Muslim, tetapi ia memasukkan juga hadis hasan
dan hadis yang dha’if.
b)
Kualitas
hadisnya menempati peringkat ketiga setelah Imam Bukhari dan Muslim. Beliau
meriwayatkan hadis-hadis dari para perawi dibawah kualitas perawi Imam bukhari
dan Muslim.
c)
Imam
Abu Dawud menyusunya berdasarkan urutan bab-bab fiqih seperti taharah, shalat, puasa
dan sebagainya.
d)
Dalam
susunannya, Imam Abu Dawud memasukkan 4.800 hadis. Namu sebagian ulama ada yang
menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadis. Perbedaan jumlah ini memandang sebuah
hadis yang diulang-ulang sebagai satu hadis, namun yang lain menganggapnya
sebagai dua hadis atau lebih.
e)
Dalam
meriwayatkan hadisyang senada dari beberapa riwayat, beliau menjelaskan
perbedaan yang terdapat pada tiap riwayat dengan cukup rinci. Cara ini
memberikan banyak faedah bagi tiap orang yang membacanya.[12]
Denagan metode semacam ini, tidak sedikit ulama yang memuji kitab
sunannya. Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata : “Sunan Abu
Dawud sudah cukupbagi para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam.” Demi
kian juga dua imam besar, An-Nawawi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian
terhadap kitab sunan ini bahkan beliau menjadikan sunan ini sebagai salah satu
pegangan utama di dalam pengambilah hukum.[13]
D. Sistematika Penyusunan Kitab Sunan Abu Daud
Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa Abu Daud dalam menyusun kitabnya menurut
sistematika atau urutan bab-bab fiqih yang dapat memudahkan pembaca ketika akan
mencari hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah tertentu.
Adapun sistematika atau urutan penulisan hadis dalam kitab sunan Abu Daud
adalah sebagai berikut :
NO
|
NAMA KITAB
|
Jumlah
|
|
BAB
|
HADIS
|
||
1
|
Al-taharah
|
143
|
390
|
2
|
Al-Shalat
|
367
|
1165
|
3
|
Al-Zakat
|
47
|
145
|
4
|
Al-Luqatah
|
-
|
20
|
5
|
Al-Manasik
|
98
|
325
|
6
|
Al-Nikah
|
50
|
129
|
7
|
Al-Talaq
|
50
|
138
|
8
|
Al-Saum
|
81
|
164
|
9
|
Al-Jihad
|
182
|
311
|
10
|
Dahaya
|
20
|
56
|
11
|
Al-Said
|
4
|
18
|
12
|
Al-Wasaya
|
17
|
23
|
13
|
Al-Fara’id
|
17
|
43
|
14
|
Al-Kharaj wa al-Imarah
|
40
|
161
|
15
|
Al-Janaiz
|
84
|
153
|
16
|
Al-Aiman wa al-Nuzur
|
32
|
84
|
17
|
Al-Buyu’ wa al-Ijarah
|
92
|
245
|
18
|
Al-Aqdiyyah
|
30
|
70
|
19
|
Al-‘Ilm
|
13
|
28
|
20
|
Al-Asyribah
|
22
|
67
|
21
|
Al-At’imah
|
55
|
119
|
22
|
Al-Tib
|
24
|
71
|
23
|
Al-‘Atqu
|
15
|
43
|
24
|
Al-Huruf wa al-Qira’
|
-
|
40
|
25
|
Al-Hammam
|
3
|
11
|
26
|
Al-Libas
|
47
|
139
|
27
|
Al-Tarajjul
|
21
|
55
|
28
|
Al-Khattam
|
8
|
26
|
29
|
Al-Fitan
|
7
|
39
|
30
|
Al-Mahdi
|
-
|
12
|
31
|
Al-Malahim
|
18
|
60
|
32
|
Al-Hudud
|
40
|
143
|
33
|
Al-Diyat
|
32
|
102
|
34
|
Al-Sunnah
|
32
|
177
|
35
|
Al-Adab
|
108
|
502
|
E.
Pendapat Para Ulama Tentang Kitab Sunan Abu Daud
Di antara pandangan
atau komentar positif para ulama terhadap kitab sunan Abu Daud tersebut antara
lain adalah, Imam Abu Hamid al-Ghazali memandang kitab sunan Abu Daud ini sudah
cukup atau telah memenuhi syarat bagi para mujtahid untuk melakukan
ijtihadnya,. Ibn al-‘Arabi mengatakan “apabila seseorang sudah memiliki kitabullah dan
kitab sunan Abu Daud, maka tidak lagi memerlukan kitab lainnya”.[14]
Imam Al-Hafid Ibnu Jauzi telah mengkritik beberapa hadis yang
dicantumkan oleh Imam Abu Dawud dalam sunannya dan memandangnya sebagai
hadis-hadis maudhu’ (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak 9 buah hadis.[15]
Walaupun demikian, disamping Ibdu Jauzi itu dikenal sebagai ulama yang terlalu
mudah memfonis “palsu”, namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus
dibantah oleh sebagian ahli hadis, seperti Jalaluddin As-Suyuti. Dan andai kata
kita menerima kritik yang dilontarkan Ibnu Jauzi tersebut, maka sebenarnya
hadis-hadis yang dikritiknya sedikit kali jumlahnya, dan hampir tidak ada
pengaruhnya terhadap ribuan hadis yang terkandung di dalam kitab sunan
tersebut. Karena itu hadis-hadis yang dikritik tersebut tidak mengurangi
sedikit pun nilai kitab sunan sebagai referensi utama yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imam
Abu Dawud mempunya nama lengkap yaitu Adu Dawus Sulaiman bin Al-Ays’ats bin
Ishaq As-Sijistany. Beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu
Sijistan (terletak di antara Iran dan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota
tersebut pada tahun 202 H/ 817 M. Imam Abu Dawud wafat pada tahun 275 H/ 889 M
di Basrah. Imam Abu Daud adalah pengarang kitab Sunan Abu Daud,
dan juga seorang tokoh hadis, di lain sisi ia adalah ahli fiqih di masanya yang
produktif dalam menghasilkan berbagai karya, terbukti dengan berbagai kitab
yang dikarangnya, salah satunya adalah kitab sunan Abu Daud ini, yang merupakan
karya monumentalnya. Beliau sebagai ulama hadis pada umumnya berhijrah dari
satu tempat ke tempat lainnya guna mencari hadis dari tokoh hadis lainnya yang
nantinya ia jadikan sebagai guru, dan ia pun tak jarang meriwayatkan riwayat
atau hadis pada seorang tokoh hadis lainnya yang nantinya ia jadikan sebagai
muridnya. Seiring berjalannya waktu kemudian ia pun membukukan hadis-hadis menjadi
lebih periodik, yang kemudian ia beri nama kitab sunan Abu Daud.
Dalam kitab sunan ini
memiliki karakteristik yang menjadi ciri khasnya, yakni memuat hukum-hukum Islam, susunannya pun
berdasarkan urutan hukum fiqih, dari segi metodologis, Abu Daud telah melakukan
penyaringan kurang lebihnya 500.000 hadis menjadi sekitar 4.800 an hadis, ini
membuktikan keselektifan Abu Daud dalam proses penghimpunan hadis, dan yang
membedakan dari kitab sebelumnya ia pun menambahkan hadis selain sahih dalam
kitabnya, meskipun hadis itu dha’if sekalian, namun beliau memiliki
kriteria atau standarisasi tersendiri dalam menilainya.
Kitab sunan ini pun
selain mendapat berbagai sanjungan tak jarang pula menuai suatu kritikan dari
para ulama lainnya, akan tetapi semua kritikan yang dilontarkan itu tidak
lantas mengurangi keabsahan dari kitab sunan Abu Daud itu sendiri.
REFERENCE
Arifin dkk, Ust. Bey. Tarajamah Sunan Abi Dawud, Semarang :
Cv. Asy Syifa’, Cet. I, 1992
Smeer,
Zeid B. Ulumul Hadis, Malang : Cet.I, 2008
Rahman,
Drs. Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul
Hadis, Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I, 1974
Khaeruman, Badri. Otentitas Hadis, Bandung : 2004
[1]
Ust. Bey Arifin dkk, Tarajamah Sunan Abi Dawud, (Semarang :Cv. Asy
Syifa’, Cet. I, 1992) hal.5
[2] Zeid B. Smeer,
Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),
hal.107-108
[3] Ibid, Hal.108
[4]
Drs. Fatchur
Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis, (Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I,
1974), hal.380
[5] Ibid, hal.380
[6] Zeid B. Smeer,
Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),
hal.109
[7] Ibid, hal.108
[8] Drs. Fatchur
Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis, (Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I,
1974), hal.380
[9] Zeid B. Smeer,
Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),
hal.110
[10] Drs. Fatchur
Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis, (Bandung : PT. Alma’arif, Cet.I,
1974), hal.301
[12] Zeid B. Smeer,
Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),
hal.112
[13] Ibid, ha.112
[15] Zeid B. Smeer,
Ulumul Hadis, (Malang : Cet.I, 2008),
hal.112
[16] Ibi, hal.113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar