KESEMARAKAN
PENERJEMAHAN
AL-QUR’AN
ABAD KE XIX
(GUSTAV
FLUGEL, GUSTAV WEIL dan JM RODWEL)
Disusun
O
L
E
H
Heriansyah Harahap
(45.12.3.007)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SU
FAKULTAS USHULUDDIN
TAFSIR HADITS INTERNASIONAL
MEDAN
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................. ii
BAB II : PEMBAHSAN .............................................................................................. 1
A.
Pengertian
Al-Qur’an .................................................................................... ......... 1
B.
Kesemarakan
Penerjemahan Al-Qur’an Pada Abad Ke XIX ................................... 1
1.
Gustav
Flugel .............................................................................................. 2
2.
Gustav
Weil .............................................................................................. 3
3.
John Medows Rodwell....................................................................................... 4
BAB III : PENUTUP .............................................................................................. 5
A.
Kesimpulan .............................................................................................. 5
REFERENCE
BAB I
PENDAHULUAN
Ahamdullah, sega puji hanya milik
Allah, shalawat dan salam mudah-mudahan tercurahkan mepada nabi Muhammad saw.
Alquran adalah kitab suci umat Islam
yang menjadi dasar segala segi kehidupan manusia. Ia diyakini sebagai sumber
kebenaran yang mutlak. Karena datang dari Allah swt. Maka dari itu umat Islam
merasa perlu untuk mempelajari Alquran secara menyeluruh untuk menjaga
otentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak Nabi Muhammad Saw masih
berada di Mekkah sampai hijrah ke Madinah, bahkan usaha pemeliharaan Alquran
masih berlangsung sampai sekarang.
Meskipun Alquran itu adalah wahyu
Ilahi yang bersifat qath’i, namun pada prakteknya terdapat dua penilaian yang
kontradikfif terhadap Alquran. Penilaian pertama datangnya dari kaum muslim
sendiri sedangkan penilaian yang kedua datangnya dari kalangan non muslim
(Orientalis).
Penilaian dari luar (orientalis)
pada umumnya bersifat negatif. Menurut mereka, Alquran itu bukanlah wahyu
Allah, melainkan hasil karya Nabi Muhammad yang sumbernya dari berbagai pihak.
Dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai berbagai macam pendapat orientalis tentang otentisitas Alquran. Dari
aspek mana saja para kaum orientalis mencari celah untuk menyerang Alquran, dan
apa-apa saja argumen mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Qur’an
Adapun pengertian dari Al-Qur’an secara terminologi ialah :
كلام الله
المنزل على خاتم الأنبياء والمرسلين بواسطة اللأمين جبريل عليه السلام المكتوب في
المصاحف المنقول الينا باالتواتر المبدوء بسورة الفاتحه المختوم بالسورة الناس
“Kalamullah
yang mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara
malaikat Jibril As yang ditulis dalam mushhaf, disampaikan kepada kita secara
mutawatir, dan dimulai dengan surah al-Fâtihah dan diakhiri dengan surah
al-Nas.[1]
B.
Kesemarakan Penerjemahan Al-Qur’an Pada Abad Ke XIX
Pada abad 19 M disebut-sebut sebagai era baru dalam
tradisi kajian Al-Qur'an di kalangan oreintalis Barat dan Eropa. Dunia
kesarjanaan Barat menaruh perhatian yang sangat besar terhadap studi Al-Qur'an
terutama sekali dalam upaya studi rekonstruksi wahyu Al-Qur'an yang diterima
Nabi Muhammad SAW secara kronologis. Upaya ini dilakukan dengan menggali
secara intens sumber-sumber traditional Islam dan memperhatikan bukti
internal Al-Qur'an sendiri. Selain itu perhatian juga mulai ditujukan pada
pertimbangan gaya Al-Qur'an, perbendaharaan kata, dan semisalnya. Dapat
dikatakan sejak saat itu Al-Qur'an menjadi sasaran penelitian yang cermat baik
lewat metode kritik sastra maupun kritik sejarah modern.
Seruan untuk
menerjemahkan Al-Qur’an adalah dilatar-belakangi oleh kekecewaan orang-orang
Kristen dan Yahudi terhadap kitab suci mereka dan disebabkan oleh kecemburuan
mereka terhadap Umat Islam dan kitab suci al-Qur’an. Perlu diketahui bahwa
mayoritas cendekiawan Kristen sudah sejak lama meragukan otentisitas Bible.
Mereka terpaksa menerima kenyataan pahit bahwa Bible yang ada ditangan mereka
sekarang ini terbukti bukan asli alias palsu. Terlalu banyak campur-tangan
manusia di dalamnya, sehingga sukar untuk membedakan mana yang benar-benar
Wahyu dan mana yang bukan.
1. Gustav Flugel
Gustav Flugel lahir pada tanggal 02 Juli 1812 di Jerman, dan meninggal
pada tahun 15 August 1870.[2]
Ia belajar teologi dan filologi
di Leipzig. Secara
bertahap ia mencurahkan perhatiannya
terutama untuk bahasa Oriental, yang ia belajar di Paris. Pada 1832 ia menjadi profesor
di Fürstenschule dari Saint-Afra di Meissen, tapi karena sakit memaksanya untuk mengundurkan diri kantor yang pada tahun 1850.
Pekerjaan Flügel adalah sebuah edisi leksikon bibliografi
dan ensiklopedik, dengan terjemahan Latin (7 jilid, London
dan Leipzig, 1835-1858).
Dia juga mengeluarkan edisi Quran (Leipzig,
1834). Kemudian. Gustav Flügel
menerbitkan ‘mushaf’ hasil kajian filologinya. Naskah yang dibuatnya itu ia
namakan Corani Textus Arabicus.
Penulis
berkebangsaan Jerman ini memiliki dari 20 karya seputar agama Islam, Sastra dan
ilmu-ilmu mengenai bahasa Arab. Paling terkenalnya adalah Nujum al-Qur’an fi
Atraf al-Qur’an, ditulis pada tahun 1842 di kota Leibzigh. Ulama-ulama
universitas al-Azhar memberikan perhatian besar terhadap karya ini, mereka
kemudian menunjuk Fuad Muhammad Abdul Baqi untuk menerjemahkan karya Flugel ke
dalam bahasa Arab yang kemudian diberi nama al-Mu’jam al-Mufahraz Li al-Fadz
al-Qur’an.[3]
Usahan Gustav Flugel untuk merubah Alquran Pada tahun
1847, Gustav Flugel mencetak sejenis indeks Alquran. la juga menguras tenaga
ingin mengubah teks-teks Alquran yang berbahasa Arab dan pada akhirnya
menghasilkan suatu karya yang tidak dapat diterima oleh pembaca Alquran. Sudah
jadi kesepakatan di kalangan kaum Muslimin, untuk membaca Alquran harus menurut
gaya bacaan salah satu dari tujuh pakar bacaan yang terkenal yang semuanya
mengikuti kerangka tulisan `Utsmani dan sunnah dalam bacaannya (qira'ah).
Setiap Mushaf yang dicetak berpijak pada salah satu dari Tujuh Qira'at
yang diikuti secara seragam sejak awal hingga akhir. Tetapi Flugel menggunakan
semua tujuh sistem bacaan dan memilih satu qira'ah di sana sini dengan
tidak menentu (tanpa alasan yang benar) yang hanya membuahkan ramuan cocktail
tak berharga. Bahkan Jeffery (yang dikenal tidak begitu bersahabat dengan
tradisi keislaman) malah bersikap sinis dengan menyebut, “Edisi Flugel yang
penggunaannya begitu meluas dan berulang kali dicetak, tak ubahnya sebuah teks
yang sangat amburadul, karena tidak mewakili dari tradisi teks ketimuran yang
murni mau pun teks dari berbagai sumber yang ia cetak, serta tidak memiliki
dasar ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Gustav Weil
Gustav Weil lahir pada
tanggal 25 April 1808 di Jerman, dan meninggal pada tanggal 29 Agustus 1889. Ia
adalah seorang orientalis Jerman.
Pada 1828 ia Memasuki
University of Heidelberg, mengabdikan dirinya untuk mempelajari filologi dan
sejarah; di lain waktu ia juga belajar bahasa Arab. Pada tahun 1835 Gustav Weil
berangkat ke Kairo, di mana ia ditunjuk instruktur dari Perancis di Mesir Medical
School Abu-Zabel. Dia memanfaatkan kesempatan untuk belajar dengan filolog Arab
Muhammad Ayyad al-Tantawi dan Ahmad al-Tunsi.
Pada tahun 1837 Weil mengeluarkan terjemahan dari Seribu Satu Malam, terjemahan lengkap pertama dari teks asli ke dalam bahasa Jerman (4 jilid, 1837-1841 ).
Pada tahun 1837 Weil mengeluarkan terjemahan dari Seribu Satu Malam, terjemahan lengkap pertama dari teks asli ke dalam bahasa Jerman (4 jilid, 1837-1841 ).
Sementara itu Weil menerbitkan
pengenalan sejarah kritis kepada Alquran (Bielefeld dan Leipsic, 1844 dan 1878)
sebagai suplemen untuk terjemahan tentang Alquran.
Pekerjaan yang paling
komprehensif Weil adalah sejarah khalifah (5 jilid, Heidelberg dan Stuttgart,
1846-1851.), Yang Hampir pada penjabaran dari karya-karya asli dari sejarawan Muslim,
sebagian besar dipelajari dari naskah. Salah satu karya Gustav Weil
pada tahun 1878 adalah “Historisch-Kritische Einleitung in der Koran”
(Pengantar Studi Historis-Kritis terhadap Al-Qur'an).
Pada abad pertengahan, sejumlah
orientalis di Eropa telah meneliti konsep-konsep Muhammad dan mereka sepakat
mengatakan bahwa Nabi Muhammad bukanlah Nabi yang menerima wahyu dari Tuhan.
Karena itu, Gustav Weil berani mengambil kesimpualan dengan mengatakan bahwa
Nabi Muhammad adalah seorang penderita penyakit epilepsi (ayan). Aloys
Spreanger menambahkan pendapat Gustav Weil dengan mengatakan bahwa Nabi
Muhammad itu mengalami epilepsi (ayan) yang berat.
3. John Medows Rodwell
John Medows Rodwell lahir pada tahun
1808, dan meninggal pada tahun 1900. John Medows Rodwell adalah teman dari Charles
Darwin sementara Keduanya lulus di Cambridge. Dia Menjadi seorang pendeta
Inggris dari Gereja Inggris dan sarjana Islam non-Muslim. Ia menjabat sebagai
Rektor Santo Petrus, Saffron Hill, London 1836-1843 dan Rektor St Ethelburga
ini, Bishopsgate, London 1843-1900.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kajian orientalis
terhadap al-Qur’an tidak sebatas mempertanyakan otentisitinya. Isu klasik yang selalu
diangkat adalah soal pengaruh Yahudi, Kristian, dan sebagainya terhadap Islam
maupun isi kandungan al-Qur’an. Ada yang berusaha mengungkapkan segala yang
boleh dijadikan bukti bagi teori, dan ada pula yang membandingkannya dengan
adat-istiadat Jahiliyyah. Biasanya mereka mengatakan bahwa cerita-cerita dalam
al-Qur’an banyak yang keliru dan tidak sesuai dengan versi Bible yang mereka
anggap lebih akurat. Walau bagaimanapun, segala upaya mereka ibarat buih,
muncul dan hilang begitu saja, tanpa pernah berhasil merubah keyakinan dan
penghormatan mayoritas Umat Islam terhadap kitab suci al-Qur’an, apatah lagi
membuat mereka murtad.
[1] A. Athaillah, Sejarah Alquran verifikasi Tentang
Otentesitas Alquran. Banjarmasin: Antasari Press, 2007. Hal18
[3] http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/05/alquran-terjemahan.html
[4]https://translate.google.com/#de/id/John%20Medows%20Rodwell%20%281808%E
REFERENCE
Athaillah, A. Sejarah Alquran verifikasi Tentang
Otentesitas Alquran. Banjarmasin: Antasari Press, 2007
http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/05/alquran-terjemahan.html
https://translate.google.com/#de/id/John%20Medows%20Rodwell%20%281808%E
Tidak ada komentar:
Posting Komentar