laba-laba

Minggu, 15 November 2015

KESEMARAKAN PENERJEMAHAN AL-QUR’AN ABAD KE XIX (GUSTAV FLUGEL, GUSTAV WEIL dan JM RODWEL)



KESEMARAKAN PENERJEMAHAN
AL-QUR’AN ABAD KE XIX
(GUSTAV FLUGEL, GUSTAV WEIL dan JM RODWEL)
Disusun
O
L
E
H

Heriansyah Harahap
(45.12.3.007)





UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SU
FAKULTAS USHULUDDIN
TAFSIR HADITS INTERNASIONAL
MEDAN
2015





DAFTAR ISI


DAFTAR ISI                   ..................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN     .............................................................................................. ii
BAB II : PEMBAHSAN         .............................................................................................. 1
A.     Pengertian Al-Qur’an   .................................................................................... ......... 1
B.     Kesemarakan Penerjemahan Al-Qur’an Pada Abad Ke XIX  ................................... 1
1.      Gustav Flugel        .............................................................................................. 2
2.      Gustav Weil          .............................................................................................. 3
3.      John Medows Rodwell....................................................................................... 4
BAB III : PENUTUP               .............................................................................................. 5
A.     Kesimpulan                  .............................................................................................. 5
REFERENCE              





BAB I
PENDAHULUAN

Ahamdullah, sega puji hanya milik Allah, shalawat dan salam mudah-mudahan tercurahkan mepada nabi Muhammad saw.
Alquran adalah kitab suci umat Islam yang menjadi dasar segala segi kehidupan manusia. Ia diyakini sebagai sumber kebenaran yang mutlak. Karena datang dari Allah swt. Maka dari itu umat Islam merasa perlu untuk mempelajari Alquran secara menyeluruh untuk menjaga otentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak Nabi Muhammad Saw masih berada di Mekkah sampai hijrah ke Madinah, bahkan usaha pemeliharaan Alquran masih berlangsung sampai sekarang.
Meskipun Alquran itu adalah wahyu Ilahi yang bersifat qath’i, namun pada prakteknya terdapat dua penilaian yang kontradikfif terhadap Alquran. Penilaian pertama datangnya dari kaum muslim sendiri sedangkan penilaian yang kedua datangnya dari kalangan non muslim (Orientalis).
Penilaian dari luar (orientalis) pada umumnya bersifat negatif. Menurut mereka, Alquran itu bukanlah wahyu Allah, melainkan hasil karya Nabi Muhammad yang sumbernya dari berbagai pihak.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai berbagai macam pendapat orientalis tentang otentisitas Alquran. Dari aspek mana saja para kaum orientalis mencari celah untuk menyerang Alquran, dan apa-apa saja argumen mereka.

 




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Al-Qur’an
Adapun pengertian dari Al-Qur’an secara terminologi ialah :
كلام الله المنزل على خاتم الأنبياء والمرسلين بواسطة اللأمين جبريل عليه السلام المكتوب في المصاحف المنقول الينا باالتواتر المبدوء بسورة الفاتحه المختوم بالسورة الناس
“Kalamullah yang mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara malaikat Jibril As yang ditulis dalam mushhaf, disampaikan kepada kita secara mutawatir, dan dimulai dengan surah al-Fâtihah dan diakhiri dengan surah al-Nas.[1]

B.     Kesemarakan Penerjemahan Al-Qur’an Pada Abad Ke XIX
Pada abad 19 M disebut-sebut sebagai era baru dalam tradisi kajian Al-Qur'an di kalangan oreintalis Barat dan Eropa. Dunia kesarjanaan Barat menaruh perhatian yang sangat besar terhadap studi Al-Qur'an terutama sekali dalam upaya studi rekonstruksi wahyu Al-Qur'an yang diterima Nabi Muhammad SAW secara kronologis. Upaya ini dilakukan dengan menggali secara  intens sumber-sumber  traditional Islam dan memperhatikan bukti internal Al-Qur'an  sendiri. Selain itu perhatian juga mulai ditujukan pada pertimbangan gaya  Al-Qur'an, perbendaharaan kata, dan semisalnya. Dapat dikatakan sejak saat itu Al-Qur'an menjadi sasaran penelitian yang cermat baik lewat metode kritik sastra maupun kritik sejarah modern.
Seruan untuk menerjemahkan Al-Qur’an adalah dilatar-belakangi oleh kekecewaan orang-orang Kristen dan Yahudi terhadap kitab suci mereka dan disebabkan oleh kecemburuan mereka terhadap Umat Islam dan kitab suci al-Qur’an. Perlu diketahui bahwa mayoritas cendekiawan Kristen sudah sejak lama meragukan otentisitas Bible. Mereka terpaksa menerima kenyataan pahit bahwa Bible yang ada ditangan mereka sekarang ini terbukti bukan asli alias palsu. Terlalu banyak campur-tangan manusia di dalamnya, sehingga sukar untuk membedakan mana yang benar-benar Wahyu dan mana yang bukan.
1.       Gustav Flugel
Gustav Flugel lahir pada tanggal 02 Juli 1812 di Jerman, dan meninggal pada tahun 15 August 1870.[2]
Ia belajar teologi dan filologi di Leipzig. Secara bertahap ia mencurahkan perhatiannya terutama untuk bahasa Oriental, yang ia belajar di Paris. Pada 1832 ia menjadi profesor di Fürstenschule dari Saint-Afra di Meissen, tapi karena sakit memaksanya untuk mengundurkan diri kantor yang pada tahun 1850.
Pekerjaan Flügel adalah sebuah edisi leksikon bibliografi dan ensiklopedik, dengan terjemahan Latin (7 jilid, London dan Leipzig, 1835-1858). Dia juga mengeluarkan edisi Quran (Leipzig, 1834). Kemudian. Gustav Flügel menerbitkan ‘mushaf’ hasil kajian filologinya. Naskah yang dibuatnya itu ia namakan Corani Textus Arabicus.
      Penulis berkebangsaan Jerman ini memiliki dari 20 karya seputar agama Islam, Sastra dan ilmu-ilmu mengenai bahasa Arab. Paling terkenalnya adalah Nujum al-Qur’an fi Atraf al-Qur’an, ditulis pada tahun 1842 di kota Leibzigh. Ulama-ulama universitas al-Azhar memberikan perhatian besar terhadap karya ini, mereka kemudian menunjuk Fuad Muhammad Abdul Baqi untuk menerjemahkan karya Flugel ke dalam bahasa Arab yang kemudian diberi nama al-Mu’jam al-Mufahraz Li al-Fadz al-Qur’an.[3]
Usahan Gustav Flugel  untuk merubah Alquran  Pada tahun 1847, Gustav Flugel mencetak sejenis indeks Alquran. la juga menguras tenaga ingin mengubah teks-teks Alquran yang berbahasa Arab dan pada akhirnya menghasilkan suatu karya yang tidak dapat diterima oleh pembaca Alquran. Sudah jadi kesepakatan di kalangan kaum Muslimin, untuk membaca Alquran harus menurut gaya bacaan salah satu dari tujuh pakar bacaan yang terkenal yang semuanya mengikuti kerangka tulisan `Utsmani dan sunnah dalam bacaannya (qira'ah). Setiap Mushaf yang dicetak berpijak pada salah satu dari Tujuh Qira'at yang diikuti secara seragam sejak awal hingga akhir. Tetapi Flugel menggunakan semua tujuh sistem bacaan dan memilih satu qira'ah di sana sini dengan tidak menentu (tanpa alasan yang benar) yang hanya membuahkan ramuan cocktail tak berharga. Bahkan Jeffery (yang dikenal tidak begitu bersahabat dengan tradisi keislaman) malah bersikap sinis dengan menyebut, “Edisi Flugel yang penggunaannya begitu meluas dan berulang kali dicetak, tak ubahnya sebuah teks yang sangat amburadul, karena tidak mewakili dari tradisi teks ketimuran yang murni mau pun teks dari berbagai sumber yang ia cetak, serta tidak memiliki dasar ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.
2.      Gustav Weil
Gustav Weil lahir pada tanggal 25 April 1808 di Jerman, dan meninggal pada tanggal 29 Agustus 1889. Ia adalah seorang orientalis Jerman.
Pada 1828 ia Memasuki University of Heidelberg, mengabdikan dirinya untuk mempelajari filologi dan sejarah; di lain waktu ia juga belajar bahasa Arab. Pada tahun 1835 Gustav Weil berangkat ke Kairo, di mana ia ditunjuk instruktur dari Perancis di Mesir Medical School Abu-Zabel. Dia memanfaatkan kesempatan untuk belajar dengan filolog Arab Muhammad Ayyad al-Tantawi dan Ahmad al-Tunsi.
Pada tahun 1837 Weil mengeluarkan terjemahan dari Seribu Satu Malam, terjemahan lengkap pertama dari teks asli ke dalam bahasa Jerman (4 jilid, 1837-1841 ).
Sementara itu Weil menerbitkan pengenalan sejarah kritis kepada Alquran (Bielefeld dan Leipsic, 1844 dan 1878) sebagai suplemen untuk terjemahan  tentang Alquran.
Pekerjaan yang paling komprehensif Weil adalah sejarah khalifah (5 jilid, Heidelberg dan Stuttgart, 1846-1851.), Yang Hampir pada penjabaran dari karya-karya asli dari sejarawan Muslim, sebagian besar dipelajari dari naskah. Salah satu karya  Gustav Weil pada tahun 1878 adalahHistorisch-Kritische Einleitung in der Koran” (Pengantar Studi Historis-Kritis terhadap Al-Qur'an).
Pada abad pertengahan, sejumlah orientalis di Eropa telah meneliti konsep-konsep Muhammad dan mereka sepakat mengatakan bahwa Nabi Muhammad bukanlah Nabi yang menerima wahyu dari Tuhan. Karena itu, Gustav Weil berani mengambil kesimpualan dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang penderita penyakit epilepsi (ayan). Aloys Spreanger menambahkan pendapat Gustav Weil dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu mengalami epilepsi (ayan) yang berat.

3.      John Medows Rodwell
John Medows Rodwell lahir pada tahun 1808, dan meninggal pada tahun 1900.  John Medows Rodwell adalah teman dari Charles Darwin sementara Keduanya lulus di Cambridge. Dia Menjadi seorang pendeta Inggris dari Gereja Inggris dan sarjana Islam non-Muslim. Ia menjabat sebagai Rektor Santo Petrus, Saffron Hill, London 1836-1843 dan Rektor St Ethelburga ini, Bishopsgate, London 1843-1900.[4]


















BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Kajian orientalis terhadap al-Qur’an tidak sebatas mempertanyakan otentisitinya. Isu klasik yang selalu diangkat adalah soal pengaruh Yahudi, Kristian, dan sebagainya terhadap Islam maupun isi kandungan al-Qur’an. Ada yang berusaha mengungkapkan segala yang boleh dijadikan bukti bagi teori, dan ada pula yang membandingkannya dengan adat-istiadat Jahiliyyah. Biasanya mereka mengatakan bahwa cerita-cerita dalam al-Qur’an banyak yang keliru dan tidak sesuai dengan versi Bible yang mereka anggap lebih akurat. Walau bagaimanapun, segala upaya mereka ibarat buih, muncul dan hilang begitu saja, tanpa pernah berhasil merubah keyakinan dan penghormatan mayoritas Umat Islam terhadap kitab suci al-Qur’an, apatah lagi membuat mereka murtad.


[1] A. Athaillah, Sejarah Alquran verifikasi Tentang Otentesitas Alquran. Banjarmasin: Antasari Press, 2007. Hal18

[3] http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/05/alquran-terjemahan.html
[4]https://translate.google.com/#de/id/John%20Medows%20Rodwell%20%281808%E




REFERENCE

Athaillah, A.  Sejarah Alquran verifikasi Tentang Otentesitas Alquran. Banjarmasin: Antasari Press, 2007
http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/05/alquran-terjemahan.html
https://translate.google.com/#de/id/John%20Medows%20Rodwell%20%281808%E

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar